Page

Jumat, 19 Agustus 2011

It’s 4 you…..”The Lost History in My Country”


Jika pengalaman adalah guru yang paling berharga maka sejarah adalah nenek moyangnya guru yang paling berharga. So…jangan ngantuk kalo lagi belajar sejarah. Cz… dengan sejarah kita bisa mengambil ibroh dari pengalaman kejayaan masa lalu. Berikut ini akan kami kisahkan  sejarah yang hampir hilang tertelan waktu karena saking jarangnya kita temukan dibuku2 sejarah di sekolah kita.


Inilah persembahan kami,,,,,,,,Jejak syariah khilafah di Nusantara.
Dalam beberapa literature, Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 9. Ada juga yang menyebutkan abad ke 13. Namun sebenarnya, Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7.  Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional yaitu SELAT MALAKA. Selat malaka ini menghubungkan Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Ummayah di Asia Barat. Menurut sumber-sumber Cina, menjelang akhir perempatan ketiga abad 7, seorang pedagang Arab menjadi pemimpin pemukiman Arab Muslim di pesisir pantai Sumatera.

Seiring berjalannya dakwah islam di Indonesia. Akhirnya, Islampun memberikan pengaruh kepada Institusi Politik yang ada. Hal ini Nampak pada tahun 100 H (718 M). raja Sriwijaya jambi yang bernama Srindravarman mengirim surat kepada kholifah Umar Bin Abdul Aziz (dari khilafah Bani Umayah)  agar dikirimkan da’i yang bisa menjelaskan Islam kepadanya. Surat itu berbunyi; “Dari Raja di Raja yang adalah keturunan seribu raja, yang istrinya juga cucu seribu raja, yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah, yang diwilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil. Kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Tuhan. Saya telah mengirimkan kepada anda hadiah,yang sebenarnay merupakan hadian yang tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan. Saya ingin anda mengirimkan kepada saya seorang yang dapat mengajarkan  Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang hokum-hukumnya.” Dua tahun kemudian, yakni tahun 720 M, Raja Srindravarman yang semula hindu, masuk Islam. Sriwijaya Jambipun akhirnya dikenal dengan nama Sribuza Islam. Kemudian berkembanglah kerajaan-kerajaan islam di nusantara. Kerajaan lain yang menjadi representative Islam, di Maluku  ada kerajaan  Tidore dan kerajaan bacan. Berkat dakwah yang dilakukan kerajaan Bacan, banyak kepala-kepala suku di papua yang masuk islam. Di Kalimantan, ada kesultanan sambas, Pontianak, banjar, pasir, bulungan, tanjungpura, mempawah, sintang dan kutai. Di Sumatra, selain ada kesultanan peureulak,  ada juga  samudra pasai, aceh Darussalam, Palembang. di jawa ada kesultanan Demak  yang dilanjutkan oleh kesultanan jipang,  lalu dilanjutkan kesultanan pajang, dan dilanjutkan oleh kesultanan Mataram, Cirebon, banten yang didirikan oleh sunan gunung jati. Di Sulawesii, kerajann islam yang ada, adalah kerajaan gowa dan tallo, bone, wajo, soppeng, dan luwu. Sementara dinusa tengggara ada kesultanan bima. Subhanallah, jadilah islam menyebar merata di nusantara.

Setelah islam berkembang menjadi sebuah institusi, maka mulailah hukum-hukum islam diterapkan. Di Aceh, sultan iskandar muda menerapkan hokum rajam terhadap putranya sendiri yang bernama Meurah Pupok yang berzina dengan istri seorang perwira. Sultan berkata,”mati anak ada makamnya, mati hukum kemana hendak dicari”. Di demak, kerajaan islam I di jawa sudah ada jabatan qadli yang dijabat oleh sunan kalijaga. Sultan samudra pasai, sultan Muhammad Malik azzahir telah mengeluarkan mata uang emas. Dan masih banyak aturan islam lainnya yang di terapkan.
Pada tahun 808 H/1404 M, Sultan Muhammad I dari kesultanan Utsmanin (juga dikenal sebagai Sultan Muhammad Jalabi atau Celebi)membuat kebijakan mengirimkan para ulama’ ke pulau jawa. Pengiriman ini dilakukan selama lima periode. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim Ahli Tata Pemerintahan Negara dari Turki,  Maulana Ishaq dari Samarkand, Maulana Jumadil Kubra dari Mesir,  Maulana Muhammad al Maghribi dari Maroko,  Maulana Malik Israil dari Turki, Maulana Hasanuddin dari Palestina, Maulana Aliyuddin dari Palestina,dan syekh Subakir dari Persia.  Pada periode barikutnya, datang tiga da’I ulama ke jawa menggantikan da’I yang wafat.mereka adalah sayyid Ali Rahmatullah putra syaikh Ibrahim dari samarkad, dari ibu putri raja campa-kamboja (sunan Ampel), sayyid Ja’far  dari Palestina (Sunan Kudus), dan Syarif Hidayatullah dari Palestina cucu raja siliwangi pajajaran (Sunan Gunung Jati).  Keterkaitan nusantara dengan kekhilafahan Nampak jelas pada pengangkatan Meurah Silu menjadi sultan Malikussaleh di kesultanan samudra pasai Darussalam oleh syarif mekkah. Dan pengangkatan sultan abdul kadir dari kesultanan banten,  dan sultan agung dari kesultanan Mataram oleh syarif mekkah. Tentunya dengan mengacu pada format kekhilafahan saat itu.

Demikianlah, dapat dikatakan bahwa islam berkembang di Indonesia dengan adanya hubungan dengan Khilafah Turki Utsmani. Namun, apa yang terjadi saat ini kawan?? Kita jauh dari perlindungan pemimpin yang mengerti Islam. Kesatuan kaum muslimin dalam satu kekhilafahan yang dulu pernah dirasakan, kini tak lagi berbekas. Yuk, kita kembali kepangkuan khilafah!
 
By : Mbak Alfi Nisa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar