Page

Kamis, 19 Januari 2012

Sukses Itu Bersinergi, Bukan Berseteru: Belajar Dari Kongres Anggota Tubuh




Muhammad Karebet Widjajakusuma 

Koordinator Pusat Lajnah Khusus Pengusaha HTI
Praktisi Bisnis Islami Dalam Bidang Training, Riset & Konsultasi
www.seminstitute.co.id, www.pengusaharindusyariah.com
muh_kar@yahoo.com

Tulisan tentang pentingnya ‘team’ yang solid dalam bisnis tak pernah sepi dari respon.  Banyak buku ‘team building’ yang sudah dirujuk, namun tim yang ada tak kunjung solid. Bahkan turn over SDM-nya terbilang tinggi.  Meski rumusnya sangat sederhana, yakni hanya dengan formula ‘3 in 1’ atau dimilikinya pemikiran (visi, misi), perasaan (empati, high impact communication) dan peraturan yang satu pada semua anggota tim,  tetap saja tidak mudah untuk mewujudkannya. Faktor SDM dengan pemahaman dan kesadaran yang berbeda kerap menjadi penentu bagi berhasil tidaknya ‘team building’. Berikut sekadar ilustrasinya.


Kisah bermula di sebuah Kongres Anggota Tubuh Manusia. Pak Jantung memimpin sesi sidang “Pemberian Penghargaan Pada Anggota Tubuh Manusia Terpenting Tahun ini”. Dalam pidato pengantarnya, Pak Jantung berkata ,”Saudara-saudaraku sesama anggota tubuh, sebagaimana kita tahu tuan kita sangat menginginkan kinerja kesehatannya meningkat tahun ini. Peningkatan ini hanya mungkin, kalau kita semua memperbaiki kinerja masing-masing. Nah, untuk memicu dan memacu peningkatan kinerja itu, tuan kita berkenan memberikan penghargaan kepada anggota tubuh terpenting. Untuk itu, kita harus menentukan siapa di antara kita yang layak untuk mendapatkannya.”

Sidang seketika hening. Semua bingung karena sulit untuk menentukannya. Mas Mata merasa dirinya paling penting, karena tanpa dirinya, tuannya pasti akan kelimpungan ketika berjalan. Jeng Bibir juga merasakan hal yang sama, karena dialah juru bicara andalan tuannya. “Coba kalau saya mogok kerja, pasti tuan dikira bisu!”. Pak Jantung tak mau kalah. “Kalau saya mau mogok kerja 1 detik saja, dunia pasti kiamat Bung!” Akhirnya, ruangan kongres pun gaduh. Gaduh sana dan gaduh sini.

Sesaat kemudian, Pak Jantung mengetuk meja sidang. “Diam semua. Setelah saya pikirkan masak-masak, sulit bagi kita untuk mencari siapa yang paling penting. Bagaimana kalau sebaliknya, kita cari saja  siapa yang paling tidak penting” Pak Jantung berbicara semangat sekali sambil melirik salah satu peserta yang pendiam, yakni Bang Lubang Kentut. Upsss. Tak dinyana, semua koor, “setujuuuu!” Serta merta Bang Lubang Kentut protes mengajukan Peninjauan Kembali. Tapi sia-sia saja. Protesnya tak digubris hingga sidang usai. “Apa yang aku lakukan untuk tuanku, ternyata tak berharga sama sekali”, batinnya. “Baiklah. Akan aku tunjukkan bahwa apa yang mereka putuskan itu salah besar!
Maka, mulailah terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Sang tuan pun demam. Kadang panas kadang dingin. Satu per satu anggota tubuh unjuk sakit. Sungguh tidak seperti biasanya.

Mereka pun menunjuk tim investigasi. Setelah mendapat petunjuk dari sejumlah saksi, tim pun menangkap  Bang Lubang Kentut sebagai satu-satunya tersangka. Akhirnya, di hadapan majelis hakim,  Bang Lubang Kentut pun mengakui bahwa ini semua terjadi karena dirinya mogok kerja. Dengan terbata-bata ia berkata, “Saya ingin menyadarkan semua pihak, meskipun posisi saya di bawah, tak elok dipandang, bukan berarti saya lantas tidak penting. Semua anggota tubuh sama pentingnya. Sudah sepantasnya kita saling sinergi sesuai dengan core-nya masing-masing”. (Dikutip dari Buku Motivasi Metanoiac Islami Be The Best, not ‘be asa’, MK. Widjajakusuma, 2006).

Itulah sebabnya, kita perlu cara pandang bisnis yang sama, yakni cara pandang dalam koridor hukum syara. Sebab hanya dengan inilah, pemikiran, perasaan dan peraturan semua anggota tim dapat disatukan dengan solid dan penuh dengan keberkahan. Hal ini wajar, karena ikatan ‘3 in 1’ ini akan dimulai dengan akad bisnis yang jelas dan halal, dijalankan dengan penuh keridhaan semua pihak yang terlibat dan dipungkasi dengan diraihnya ‘berkat’ dan berkah. Jika ada persoalan yang timbul di tengahnya, akan segera diselesaikan sesuai hukum syara yang adil dan menentramkan. Sebaliknya, setiap pelanggaran terhadap hukum syara akan memalingkan keberkahan dari Dzat Yang Maha Rahman. Subhanallahu.

Muslimpreneur, jelas sudah, sukses itu didapat dari bersinergi, bukan berseteru. Begitu juga dalam bisnis kita. Jika sudah begitu, tunggu apalagi? Action!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar